Tuesday 16 April 2013

Ketika Harta Membutakan Jiwa
Karya : Fitriani Sri Wulandari


Okay guys, kali ini gue mau ngeposting sebuah drama singkat nih. Drama ini gue buat pas lagi ada tugas bahasa indonesia di sekolah guys. Pemainnya cuma ada lima orang tapi ceritanya seru kok. Bahasa nya emang agak sedikit formal sih guys tapi gue bikin ini soalnya ceritanya banyak makna yang menyentuh, trus agak menyedihkan ya guys..! Let's enjoy this !




Suatu malam yang sunyi, tanpa ada suara televisi ataupun radio, Dita pun bersiap-siap untuk tidur di kamar bersama adiknya, Dinda, yang sudah seharian tadi bekerja bersamanya dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Dita                      : Hoam... Dinda, Dinda... . Sudah tidur rupanya. Cepat sekali dia   tidur. Hm... mungkin karena kelelahan. Ya sudah aku juga ingin tidur.
Jarum jam masih menunjukkan pukul sembilan malam namun Dita dan Dinda telah terlelap.
Tak terasa hari telah pagi. Suara ayam berkokok tanda hari sudah pagi pun membangunkan tidur lelap Dinda.
Dinda                   : Sudah pagi ya. Ehm, aduh badanku rasanya tak ingin bangun dari tempat tidur ini. (membangunkan Dita) Kak, bangun kak, sudah pagi, ayo kita siap-siap bekerja.
Dita            : Hmm.. kamu duluan saja sana! Aku masih mengantuk, nanti aku nyusul.Dinda         : Tapi kak, nanti kita terlambat.Dita            : Sudah, jangan banyak bicara kamu!Dinda         : Ya sudah, aku duluan ya kak.Dita            : Ehem.
Tak lama dari itu, Dita pun bersiap-siap untuk bekerja menyusul Dinda yang tiga puluh menit yang lalu telah pergi duluan ke rumah Juragan Draguna.
Sejak Ibu dan ayah mereka telah tiada dua tahun yang lalu akibat si jago merah yang melahap habis rumah mereka, Dita dan Dinda hanya tinggal berdua di gubuk hail pemberian tetangga yang menaruh belas kasih kepada mereka dan mereka pun harus bekerja keras sebagai pembantu di rumah orang terkaya di desa Branai tempat mereka tinggal. Hal itu membuat Dita tidak dapat menerima kenyataan . Sifat Dita pun berubah seketika, dari yang dulunya baik dan rajin, menjadi jahat dan pemalas.
Setelah sampai di rumah Juragan Draguna, Dita masuk ke rumah dengan mengendap-endap.
Juragan Draguna : Hey! Dari mana saja kamu jam segini baru datang? Lagi-lagi terlambat!Dita                       : Maaf Tuan. Tadi saya...Juragan Draguna  : Ahh, saya tidak mau dengar lagi alasan yang akan kamu katakan itu! Ya sudah, kerja sana! Adikmu dari tadi pontang-panting bekerja, eh malah kamu datang terlambat.Dita                       : Maaf, saya permisi dulu Tuan.Juragan Draguna  : Ya, ya. Cepat kerja sana!
Dita pun menyusul yang sedang membersihkan benda-benda antik yang tersusun rapi di lemari kaca dekat pintu menuju dapur.
Dinda                            : Eh, kakak sudah datang ya?Dita                       : Sudah tahu bertanya pula. (sambil mengambil sapu) Kamu bicara apa dengan Juragan Draguna?Dinda                    : Bicara apa? Maksud kakak?(heran)Dita                       : Alah! Jangan pura-pura tidak tahu kamu! Baru jadi anak kesayangan Tuan kamu sudah seenaknya menjelek-jelekkan aku dari belakang.
Dinda                    : Sungguh, aku tidak mengerti dengan apa yang kakak katakan! Aku juga tidak pernah bicara yang tidak –tidak tentang kakak di depan Juragan Draguna.
Dita                       : Ah, sudahlah!
Setelah pekerjaan selesai, Dita dan Dinda pulang ke rumah dengan membawa sedikit makanan dan buah  yang diberikan oleh Juragan Draguna kepada mereka.
Sebelum menuju rumah, mereka menyempatkan untuk mampir ke rumah Pak Suja, tetangga mereka. Rumahnya tak jauh dari rumah kakak beradik itu.
Dita dan Dinda    : Assalamu’alaikum !Bu Titin                  : Wa’alaikum salam ! eh, ada Dita dan Dinda. Ayo masuk !Dinda                    : Tidak usah repot-repot, Bu. Kami ke sini hanya ingin memberi ini, Bu. Mohon diterima. (sambil memberi makanan dan buah-buahan)Bu Titin                  : Wah, terima kasih sekali ya.Pak Suja                 : Eh, ada tamu rupanya. Kenapa tidak masuk?Dita                       : Tidak usah Pak, di luar saja. Kami hanya ingin mampir sebentar.Dinda                    : Kalau begitu, kami pamit pulang dulu ya Pak, Bu.Bu Titin dan Pak Suja : Iya, hati-hati di jalan ya.Dita dan Dinda      : Assalamu’alaikum!Bu Titin dan Pak Suja : Wa’alaikum salam.Bu Titin                  : (sambil mencicipi makanan) Sungguh, dua orang kakak beradik itu berhati mulia.Pak Suja                 : Iya, Bu. Meskipun dengan keterbatasan, mereka masih peduli kepada orang lain, dengan membagi makanan ataupun apa saja yang mereka punya, meski kita tidak tahu apakah mereka sudah memakannya atau belum.Bu Titin                    : Sayang nasibnya tak sebaik hatinya ya, Pak.
Pak Suja                 :Iya, Bu. Kasihan sekali melihat anak-anak itu. Masih kecil sudah harus bekerja pontang-panting cari uang.Bu Titin                  : Andai saja kita punya anak seperti mereka. Pasti rumah ini akan terasa menyenangkan, tidak seperti sekarang, sunyi tanpa ada suara anak-anak, tak ada suasana keceriaan.Pak Suja                 : Ya sudahlah Bu. Jangan bersedih. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Seperti lagu D’Masiv itu lho Bu.Bu Titin                  : Hahaha. Bapak ini bisa saja.Pak Suja                 : Iya dong, Bu.
Sesampai di rumah, Dita dan Dinda langsung memakan makanan yang telah diberikan oleh Juragan Draguna.
Dinda                    : (sambil makan) Kak, kenapa sih kita harus bagi-bagi makanan terus sama Pak Suja dan Bu Titin, padahal kan kita juga butuh makanan yang banyak biar tidak kelaparan terus tiap malam.Dita                       : Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Pak Suja dan Bu Titin itu sahabat dari orang tua kita. Ayah berpesan kepada mereka untuk menjaga kita selagi mereka mampu.Dinda                    : Lalu?Dita                       : Jadi, apa salahnya dong, kita juga balas kebaikan mereka.
Dinda                    : Iya juga ya, Kak.Keesokan  harinya, di rumah Juragan Draguna, seperti biasa Dita sedang menyapu lantai, sedangkan Dinda membersihkan benda-benda antic di lemari kaca di dekat pintu menuju dapur.Juraga Draguna   : Dinda… Dinda…Dinda                   : Iya, Tuan. Ada apa Tuan memanggil saya.Juraga Draguna : Ada yang ingin saya bicarakan kepadamu, ayo duduk di sini!Dinda                   : (duduk di kursi)
Sementara itu, Dita tengah mengintai Juragan Draguna dan Dinda yang sepertinya sedang membicarakan hal yang serius.
Juragan Draguna          : Dinda, atas ketekunan dan kerja kerasmu selam ini, saya berniat untuk mengangkatmu menjadi anak.Dinda                   : Apa Tuan? Apa saya tidak salah dengar?Mendengar hal itu, Dita langsung menuju dapur yang tak jauh dari ruang tamu, tempat Juragan Draguna dan Dinda sedang berbicara.
Dita                      : (sambil meneruskan pekerjaannya) Mengapa hanya Dinda yang diangkat sebagai anak, sedangkan aku tidak? Mengapa? Dia pasti tidak menolak untuk hidup enak, punya rumah besar, harta banyak, makanan berlimpah. Tapi sebelum dia diangkat jadi anak Tuan draguna, aku harus cari akal untuk melenyapkan si Dinda agar aku yang terpilih diangkat jadi anak oleh Juragan Draguna, orang terkaya di desa ini. Hahahaha aku akan jadi orang kaya,hahahaha.
Beberapa hari kemudian, sebelum berangkat Dita bangun pagi-pagi,  bahkan mendahului Dinda yang sudah terbiasa bangun pagi. Saat melihat Dinda belum bagun, akal licik Dita pun mulai muncul, mata hatinya telah dibutakan oleh harta.
Dita                      : Mumpung dia masih tidur, saatnya beraksi. (mengambil racun) Hahaa dengan meminum racun ini, dia akan lenyap. Dan akulah yang akan menjadi anak Juragan terkaya di desa ini.
Lalu Dita pun mencampurkan racun tersebut dengan teh yang akan diminum oleh Dinda.
Dita                      : (sambil mengangkatnya) selamat tinggal Dinda sayang. Hahaha.
Setelah itu, dita langsung pergi menuju rumah Juragan Draguna. Sesampainya di rumah.
Dita                      : Selamat pagi Tuan.Juragan Draguna          :Selamat pagi. Tak biasanya kamu datang pagi-pagi sekali.
Dita                      : Iya dong Tuan, saya kan ingin menjadi anak angkat Juragan terkaya di desa Branai tercinta ini.Juragan Draguna          : Bicara apa kamu. Mana Dinda?Dita                      : Hmm, Dinda… Dinda…. Sepertinya ia terlambat Tuan,karena pagi tadi saya sudah membangunkannya, tapi ia menolak.
Juragan Draguna          : Tak biasa seperti itu.Ya sudahlah, cepat ke dapur!Dita                      : Baik, Tuan. (berjalan menuju dapur) (sambil menyapu) Sebentar lagi, aku akanmenjadi orang kaya,hhhaaha. Aku sudah bosan menjadi orang miskin, serba tak punya,huh! Penantianku selama ini akan tiba! Hahha senangnya.
Beberapa jam kemudian.
Juragan Draguna          : Dita, kemana Dinda?? Kalau dia terlambat, tidak mungin sampai se siang ini.Dita                      : Saya tidak tahu Tuan. Mungkin ia sedang malas bekerja.Juragan Draguna          : Tapi, tidak mungkin dia malas.
Dita                      : Mungkin saja Tuan. Mungkin ia kelelahan dan mungkin sudah bosan bekerja di sini, Tuan.Juragan Draguna : Ya sudahlah, kembali bekerja!Dita                      : Tapi Tuan, ada yang ingin saya bicarakan.Juragan Draguna          : Bicara saja!Dita                      : Apa benar  Tuan ingin mengangkat Dinda sebagai anak?Juragan Draguna          : Ehm, benar. Tahu dari mana kamu?Dita                      : Tuan tidak perlu tahu saya tahu dari mana. Tapi Tuan, apakah sebaiknya Tuan mengangkat saya saja untuk menjadi anak Tuan daripada Dinda. Saya jauh lebih rajin kok Tuan. Saya juga bisa lebih tekun daripada Dinda.Juragan Draguna          : Tapi…Dita                      : Kalau Tuan ada niat untuk mengangkat saya, saya bersedia Tuan, dengan senag hati.Juragan Draguna          : Tapi saya tidak bisa Dita.Dita                      : mengapa Tuan? Apa salahnya jika saya saja yang menjadi anak Tuan.Juragan Draguna          : Salah Dita.Dita                      : Apanya yang salah? Mengapa? Mengapa Cuma Dinda yang Tuan kasihani, apakah Tuan tidak mengasihani saya?Juragan Draguna : Seharusnya saya yang berbicara itu kepadamu! Apakah pernah telintas dalam benakmu bagaimana nasib adikmu,Dinda, jika kamu saya angkat jadi anak? Saya rasa tidak pernah! Saya tidak habis pikir, betapa malangnya nasib Dinda mempunyai kakak seperti kamu yang selalu memikirkan hidup sendiri.
Dita                      : Maksud Tuan?Juragan Draguna          : Jangan pura-pura tidak tahu kamu! Saya memang pernah berniat untuk mengangkat Dinda, adikmu menjadi anak saya.
Dita                      : Tuh, kan!Juragan Draguna          : Diam kamu!
Dita                      : (Menutup mulutnya rapat)Juragan Draguna          : Tapi Dinda menolak! Ia menolak saya  mengangkatnya jadi anak!Dita                      : Apa? Mengapa ia menolak?Juragan Draguna          : Ia menolak karena ia masih memikirkan nasib kakaknya yang egois itu. Ia masih memikirkanmu! Ia takut kamu akan menjadi gelandangan, maka dari itu ia menolak dan lebih memilih hidup miskin bersama kakaknya yang tak tahu diri itu.Dita                      : Apa benar yang anda katakan Tuan?Juragan Draguna          : kalau kamu tidak percaya, kamu tanyakan saja langsung kepadanya.Dita                      : Dinda….!Dita langsung teringat akan Dinda di rumah. Dengan segera ia langsung bergegas lari menuju rumahnya. Sesampainya di rumah.Dita                      : Dinda…Dinda…!Bu Titin             : Dita! Saya menemukan Dinda sudah dalam kondisi seperti ini, sepertinya ia sudah tak tertolong karena keracunan.Dita                      : Dinda, Dinda, maafkan aku, Dinda. Aku menyesal.Pak Suja               : Sudahlah, jangan bersedih nanti Dinda juga ikut sedih biarkan ia pergi dengan tenang.Dita                   : Tidak! Dinda tidak boleh pergi!Aaahh….. aku menyesal! Dinda maafkan aku, aku telah banyak berbuat jahat kepadamu.Bu Titin                : Yang sabar ya Dita.Dita                    : Aaaaa… Dinda jangan pergi Dinda! Hahahaaa.. Dinda! Kamu tidak mati kan, iya kan? Hahahaaa Dinda tidak mati, Bu. Kata siapa Dinda mati, Hahahaaaa.Bu Titin                : Astaghfirullahal’aziim Dita. Ngucap nak! (sambil memeluk Dita)Pak Suja               : Astaghfirullahal’aziim.Dita                      : Hahahaa Dinda belum mati, hahaha (tiba-tiba menangis) Hmm.. Dinda jangan pergi ya, jangan tinggalkan aku sendiri…!
Tanpa sadar, Dita pun menjadi seperti orang gila karena ia tak dapat menerima kenyaataan bahwa Dinda telah meninggal.
Dita                       :(mengambil racun di atas meja) Sepertinya ini enak nih. Hmm,,,(minum racun, dan meninggal)
Dan tanpa sadar, Dita meminum racun yang ada di atas meja dekat ia duduk. Seketika Dita pun menyusul kepergian adiknya, Dinda.
SELESAI.

Gimana guys? Seru gak ceritanya? Dalam drama itu gue berperan sebagai Dita guys. Hahaha bisa dibayangin kan gimana acting gue pas jadi Dita? Gue mesti gonta-ganti sifat mulu guys dalem drama itu, mulai dari jadi orang baik, lemah lembut ngomongnya, trus jadi orang yang jahat, ngomongnya kasar, then ekspresi seneng, next jadi nangis beneran, sedih karena nyesel finally acting jadi orang yang crazy-crazy gitu deh. Ahaha sekian dulu ya guys, semoga bermanfaat and terhibur..! Tunggu postingan berikutnya ya,! 
#warmsmileforyouall,guys! Bye!

No comments:

Post a Comment